Kamis, 20 Desember 2012

Wirausaha Ternak Kelinci


Ø PENGANTAR USAHA
§  Sejarah Singkat

Hewan ini semula liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci, Jawa disebut trewelu dan sebagainya.
§  Sentra Usaha
Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi/dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.
§  Sistem Binomial
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
·         Ordo                : Lagomorpha
·         Famili              : Leporidae
·         Sub famili        : Leporine
·         Genus              : Lepus, Orictolagus
·         Spesies            : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

Wiraswasta modal kecil namun cukup menguntungkan dan mempunyai potensi yang besar tentu saja menjadi banyak incaran. Namun tidak semuanya tahu bagaimana cara memulainya dan harus fokus pada bidang apa. Keragu-raguan untuk memulai sebuah usaha merupakan sebuah kegagalan sebelum mencoba. Karena jika dari awal kita sudah ragu-ragu maka proses yang akan kita jalani juga tidak akan maksimal. Karena itulah kita harus bisa dengan cermat melihat peluang dari sebuah wiraswasta modal kecil namun mempunyai potensi yang cukup besar.
Peluang wiraswasta modal kecil dengan beternak kelinci. Salah satu yang bisa Anda coba untuk memulai wiraswasta modal kecil adalah dengan beternak kelinci. Untuk memulai beternak kelinci modal yang dibutuhkan relatif kecil dan bisa dimulai dari skala yang paling kecil. Misalnya untuk membeli sepasang kelinci beserta dengan kandangnya dibutuhkan modal kurang dari Rp 1 juta. Dengan modal tersebut Anda sudah bisa mulai usaha sampingan dengan merawat kelinci tersebut hingga menghasilkan anakan.
Jenis kelinci yang bisa diternak juga bermacam-macam, mulai dari Kelinci Jawa, Australia, Dutch, Fuzy Lop, Rex Carpet, Flams, Anggora, Himalayan, dan Giant dll. Kelinci-kelinci tersebut merupakan jenis kelinci import yang mempunyai ciri khas masing-masing dan terutama terletak pada keindahan bulu dan ukuran tubuhnya. Namun dari semua jenis kelinci hias tersebut makanan yang harus diberikan juga relatif sama dengan kelinci biasa. Misalnya berupa sayuran, rumput, umbi-umbian dan tambahan konsentrat jika diperlukan. Sehingga beternak kelinci bisa Anda jadikan alternatif wiraswasta modal kecil yang cukup menguntungkan.
Peluang beternak kelinci hias juga masih terbuka lebar karena masih jarangnya peternak yang fokus pada kelinci hias. Kebanyakan selama ini masih banyak yang mengembangkan kelinci potong untuk memasok kebutuhan bahan makanan di restoran dan warung makan. Sedangkan kelinci hias sendiri saat ini semakin diminati karena masih tergolong baru menggunakan kelinci sebagai hewan peliharaan.
Potensi wiraswasta modal kecil dengan beternak kelinci juga lebih besar karena pasarnya yang luas di seluruh Indonesia. Permintaan kelinci hias yang semakin meningkat membuat harga jualnya juga semakin tinggi. Dengan begitu margin keuntungan yang bisa Anda dapatkan juga akan semakin besar.
Usaha beternak dan menggemukkan kelinci menjanjikan untung besar, bisa mencapai 200%. Permintaannya terus meningkat dan belum bisa dipenuhi peternak. Modalnya kecil dan pemeliharaannya tak sulit.
Kelinci kini tak hanya menjadi korban percobaan para ilmuwan atau sekadar hewan peliharaan anak-anak. Hewan yang dijadikan logo majalah Playboy itu juga telah menjadi salah satu ladang usaha yang menjanjikan keuntungan menantang. Sebab, daging kelinci bisa diolah menjadi santapan lezat yang kian digemari masyarakat. Berjalan-jalanlah ke daerah Lembang, Jawa Barat, atau ke beberapa lokasi wisata di Jawa Timur seperti Sengkaling, Malang; atau Telaga Sarangan, Magetan. Di situ para pedagang ramai menjajakan sate kelinci.
Selain itu, daging kelinci yang rasanya gurih itu pun belakangan diolah menjadi berbagai jenis masakan. Mulai dari masakan tradisional macam rawon dan gulai. Masakan internasional juga ada, seperti kelinci goreng tepung (mirip fried chicken), kelinci BBQ (barbeque) alias kelinci panggang, dan burger daging kelinci. Kecuali bisa diolah menjadi aneka hidangan yang mengundang selera, daging kelinci pun lebih unggul ketimbang daging ayam, sapi, atau domba. Daging kelinci memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, sementara lemak dan kolesterolnya jauh lebih rendah. Tak heran, peminat daging kelinci terus meningkat, padahal pasokannya masih jauh dari cukup.
Peluang pasar daging kelinci ini memang masih menganga. Keuntungannya pun sangat menantang, bisa mencapai 200%, tak kalah dibandingkan dengan usaha penggemukan sapi atau kambing. Tapi, lantaran belum banyak yang mengetahui tata cara beternak dan menggemukkan kelinci, orang yang menekuni usaha ini masih langka. Selama ini kelinci memang lebih banyak dijadikan hewan piaraan ketimbang diternakkan secara serius. Karena itulah, daging kelinci sangat sulit ditemukan di pasaran.
 Alhasil contohnya , para peternak kelinci di Jawa Timur mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar. ”Saya tak mampu meladeni semua permintaan yang masuk,” ujar Budiarjo, seorang peternak kelinci dari daerah Lawang, Malang. Dari permintaan sebesar 1.000 kg sehari, ia paling kuat memasok sepersepuluhnya: 500 kg. Dari penjualan segitu, ia mengantungi omzet Rp 18 juta sebulan. Dan 60% atau Rp 10,8 juta dari omzet itu masuk ke kantungnya sebagai keuntungan. Di zaman susah begini, tak banyak bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan sebesar ini.
Ø  Ciri – ciri fisik kelinci yang baik :
1.      Kelinci yang sehat memiliki sifat yang lincah dan aktif, gerakanya energik dan memiliki nafsu makan yang tinggi.
2.      Memiliki kepala yang sesuai dengan ukuran badan
3.      Mermata bulat bercahaya, selaput matanya bersih, mempunyai pandangan yang cerah dan jernih.
4.      Bagian hidung, moncong dan mulutnya dalam keadaan bersih.
5.      Berkaki normal, kuat kokoh dan berkuku pendek.
6.      Berbadan bulat, berdada lebar, padat dan singset.
7.      Berkulit licin dan tidak terasa benjol-benjol bila diraba. Berbulu licin, bersih, halus, mengkilat dan rata.
8.      Dubur bersih, kering dan tidak terdapat tanda-tanda kotoran bekas mencret.
9.      Ekornya kecil, tumbuh lurus keatas dan tampak menempel ke punggung serta bentuknya tidak miring atau rebah kesamping/terpuntir.
10.  Agar bongsor dan banyak anak
Beternak kelinci sesungguhnya tidak sukar. Modal untuk memulai usaha ini juga tak kelewat gede. Untuk memiliki peternakan kelinci dengan populasi 1.000 ekor, misalnya, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 10 juta. ”Labanya gede, risiko gagalnya kecil,” terang Budiarjo, yang memiliki 1.000 ekor kelinci. Yakin pada cerahnya prospek bisnis ini, tak lama lagi ia akan mengembangkan sistem titip bibit kepada peternak lain. Setelah si bibit gede dan layak jual, ia akan membeli kembali semua kelinci tersebut.
Soal pemeliharaan kelinci, entah untuk penggemukan atau beternak, pun tak begitu sukar. Seperti dituturkan para peternak dan penggemuk kelinci di Jawa Timur, asalkan tahu rahasianya, risiko gagalnya kecil sekali. Salah satu rahasianya adalah memilih bibit atau anakan yang tepat. Jangan memilih kelinci lokal. Kendati telaten mengurus anaknya, postur tubuhnya kecil. Jangan pula memilih kelinci Australia, biar badannya bongsor, tapi tak becus mengurus anak. ”Jadi, pilihlah hasil silangan kelinci lokal dan kelinci Australia,” ujar Paijo, peternak kelinci dari Batu, Malang.Kelinci blasteran berharga sekitar Rp 6.000 per ekor ini memiliki sifat-sifat unggul seperti: berat tubuhnya mencapai 6–8 kg; rajin beranak, bisa empat kali setahun. Kelinci ”indo” ini juga dikenal sayang dan rajin menyusui anaknya. Berbagai keunggulan ini bisa menekan tingginya risiko kematian bayi kelinci pada umur 0–1,5 bulan.
Setelah memperoleh bayi kelinci yang harganya sekitar Rp 6.000 seekor, kelinci itu dimasukkan ke kandang. Menurut Budiarjo, untuk menghemat lahan, khususnya untuk usaha penggemukan kelinci, bisa memakai kandang baterai. Kandang baterai ini bisa dibuat dari bambu, kawat, atau papan. Ukurannya 40 cm x 30 cm x 40 cm, satu kandang untuk seekor kelinci. Kandang ini dibuat saling bersambung dan bertingkat.
Yang terpenting dalam proses pemeliharaan, si kelinci harus diberi pakan yang cukup agar sehat dan tubuhnya cepat montok. Pakannya adalah sayur-sayuran hijau seperti kubis, kangkung, bayam, atau wortel. Harga sayuran untuk pakan kelinci ini tak begitu mahal. Bahkan, seperti yang dilakoni Budiarjo, pakan tersebut diperoleh secara gratis dengan cara mengumpulkan sisa sayur apkiran di pasar-pasar. Setiap hari Budiarjo membutuhkan satu mobil pick up sayuran untuk 1.000 ekor kelincinya. Soal penyakit, si kelinci rada kebal. ”Paling juga kena penyakit kulit kayak gudik,” ujar seorang peternak. Penyakit kulit ini bisa diatasi dengan bedak doris.Untuk mencapai berat ideal 5–8 kg, waktu yang dibutuhkan hanya 2–3 bulan. Di pasaran sekarang ini harga sekilogram kelinci hidup berkisar antara Rp 5.000–7.000. Untuk memasarkan, umumnya peternak tak mengalami kesulitan. Sebab, sebelum memulai usaha, mereka sudah memiliki pelanggan yang siap menampung hasil panennya.
Berbeda dengan penggemukan, usaha peternakan yang bertujuan membiakkan si kelinci sebanyak mungkin tentu membutuhkan pejantan. Seekor pejantan kelinci bisa mengawini lima betina. Peternak harus rajin memperhatikan waktu kawin ternaknya. Begitu si betina terlihat berkeinginan untuk kawin, si pejantan harus segera dimasukkan ke kandangnya. Kelinci blasteran umumnya bisa melahirkan empat kali setahun. Sampai berusia lima minggu, si bayi kelinci tetap berada di kandang induknya untuk disusui dan dijagai ibunya. Setelah itu, si anak disapih dan dimasukkan ke kandang terpisah.
Kelinci blasteran yang doyan beranak itu bisa melahirkan anak 6–12 ekor sekali brojol. Jadi, jika memiliki 100 ekor indukan, dalam waktu setahun jumlah ternak kelinci sudah berbiak sedikitnya menjadi 600 ekor. Jika seekor anak kelinci kemudian dijual dengan harga Rp 30.000 saja, hitung sendiri berapa besar omzet yang bisa didapat. Nah, daripada sibuk menghitung keuntungan orang lain, kenapa tak mencoba sendiri?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf. Komentar yang tidak punya aturan akan kami blacklist. Terimakasih atas kunjungan anda.